Pertanian organik telah menjadi tren yang semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Banyak orang yang beralih ke pertanian organik karena berbagai alasan, termasuk kepedulian terhadap lingkungan, kesehatan, dan keberlanjutan. Pertanian organik melibatkan penggunaan bahan organik alami, seperti kompos dan pupuk kandang, serta praktik berkelanjutan untuk menghasilkan produk pertanian yang sehat dan berkualitas.
Sebelum memulai budidaya pertanian organik, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi. Dalam artikel ini, kita akan membahas syarat-syarat tersebut secara detail, termasuk pemilihan lahan, penyediaan input organik, manajemen tidur, dan banyak lagi. Yuk, kita mulai!
1. Memilih Lahan yang Tepat untuk Pertanian Organik
Lahan yang dipilih untuk pertanian organik harus memenuhi beberapa persyaratan khusus.
Satu-satunya cara untuk mencapai resiliensi lingkungan dan keberlanjutan dalam pertanian adalah dengan memilih lahan yang sehat, subur, dan bebas dari polusi. Pertanian konvensional mengandalkan pestisida dan herbisida kimia untuk mengendalikan hama dan gulma, yang dapat mencemari lingkungan dan merusak keanekaragaman hayati. Pertanian organik, di sisi lain, berupaya menciptakan ekosistem yang seimbang, di mana hama dan gulma terkendali oleh musuh alami dan metode budidaya yang inovatif.
Lahan pertanian organik ideal memiliki kualitas tanah yang baik, dengan tingkat keasaman yang tepat (pH netral hingga sedikit asam) dan kandungan bahan organik yang tinggi. Bahan organik adalah komponen penting dalam pertanian organik karena membantu mempertahankan struktur tanah, menyediakan nutrisi bagi tanaman, dan mengendalikan kelembaban. Untuk menilai kualitas tanah, Anda dapat melakukan tes tanah di laboratorium atau meminta bantuan dari petani organik berpengalaman.
Selain itu, pastikan lahan yang Anda pilih juga terbebas dari polusi yang berasal dari limbah industri, limbah pertanian kimia, atau pemakaian pestisida dan herbisida yang berlebihan di masa lalu. Polusi dapat mengkontaminasi tanah dan air, dan mungkin berdampak negatif pada pertanian organik yang dilakukan di lokasi tersebut.
2. Mengenali Sertifikasi Organik yang Diperlukan
Penting untuk mengenali sertifikasi organik yang diperlukan sebelum memulai budidaya pertanian organik. Sertifikasi organik adalah proses pemberian label resmi kepada produsen yang memenuhi standar pertanian organik yang ditetapkan oleh badan sertifikasi tertentu.
Di Indonesia, Badan Sertifikasi Organik Nasional (Baso) adalah badan yang mengurus sertifikasi pertanian organik. Di bawah Baso, terdapat lembaga sertifikasi yang berwenang memberikan sertifikat organik kepada produsen yang mematuhi standar yang telah ditetapkan.
Sertifikasi organik penting karena memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk yang mereka beli adalah benar-benar organik dan diproduksi dengan memenuhi standar tertentu. Selain itu, beberapa lembaga pemerintah, toko organik, dan pasar swalayan hanya memasok produk dengan label organik.
3. Memenuhi Syarat-Syarat Persiapan Lahan Pertanian
Sebelum memulai budidaya pertanian organik, ada beberapa persyaratan persiapan lahan yang perlu dipenuhi. Berikut adalah beberapa syarat persiapan lahan penting untuk pertanian organik:
a. Menghilangkan Gulma dengan Metode Fisik atau Mekanik
Salah satu langkah awal dalam persiapan lahan adalah menghilangkan gulma yang ada. Untuk pertanian organik, pengendalian gulma dapat dilakukan dengan metode fisik atau mekanik seperti mencabut secara manual, menggemburkan tanah menggunakan bajak atau cangkul, atau menutup tanah dengan mulsa organik. Hindari penggunaan herbisida kimia untuk mengendalikan gulma, karena ini bertentangan dengan prinsip-prinsip pertanian organik.
b. Menyeimbangkan pH Tanah
Penting untuk mengevaluasi pH tanah Anda dan melakukan penyesuaian jika diperlukan. Kebanyakan tanaman pertanian organik tumbuh baik dalam tanah dengan pH netral atau sedikit asam (pH 6 hingga 7). Jika pH tanah terlalu rendah atau terlalu tinggi, Anda dapat menyesuaikan pH dengan penambahan bahan organik seperti kompos atau pupuk kandang.
Also read:
Syarat Benih untuk Pertanian Organik: Panduan Lengkap untuk Memilih Benih yang Baik
Struktur dan Organisasi Komunitas Petani Organik
c. Meningkatkan Kesuburan Tanah dengan Kompos dan Pupuk Kandang
Kesuburan tanah adalah faktor penting dalam pertanian organik. Kesuburan tanah dapat ditingkatkan dengan menambahkan kompos organik dan pupuk kandang ke tanah. Kompos dan pupuk kandang mengandung nutrisi alami yang diperlukan oleh tanaman, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Selain meningkatkan ketersediaan nutrisi, kompos dan pupuk kandang juga membantu mempertahankan struktur tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air.
Untuk membuat kompos sendiri, Anda dapat mengumpulkan bahan-bahan organik seperti daun, rumput, sisa panen, dan sisa dapur, dan memadukannya dalam tumpukan kompos. Biarkan bahan-bahan organik terurai secara alami oleh mikroorganisme dan menghasilkan kompos yang kaya akan nutrisi. Pupuk kandang, di sisi lain, dapat diperoleh dari peternakan ternak atau dapat dibeli dari toko pertanian.
d. Menanam Tanaman Penutup dan Rotaasi Tanaman dengan Bijaksana
Teknik penting dalam pertanian organik adalah menanam tanaman penutup dan melakukan rotasi tanaman. Tanaman penutup adalah tanaman yang ditanam untuk menutup tanah dan melindungi keberlanjutannya. Tanaman penutup biasanya ditanam setelah panen untuk menjaga struktur tanah, mempertahankan kelembaban, dan mencegah erosi tanah.
Rotasi tanaman melibatkan penggantian tanaman pada bedengan atau lahan setiap musim tanam. Rotasi tanaman membantu mengurangi risiko penyakit tanaman dan serangan hama, serta mencegah penumpukan nutrisi yang tidak seimbang di tanah. Dalam memilih tanaman untuk rotasi, perhatikan kelompok tanaman yang berbeda (seperti keluarga solanaceae atau kubis-kubisan) sehingga risiko penularan penyakit antartanaman dapat dikurangi.
4. Menggunakan Input Organik
Salah satu prinsip utama dalam pertanian organik adalah penggunaan input organik alami. Input organik termasuk bahan-bahan seperti pupuk organik, bahan pengendali hama organik, dan benih organik. Berikut adalah beberapa jenis input organik yang umum digunakan dalam pertanian organik:
a. Pupuk Organik
Pupuk organik adalah bahan yang diperoleh dari sumber alami seperti binatang, tumbuhan, atau mikroorganisme. Pupuk organik mengandung nutrisi alami yang diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh dengan baik. Beberapa contoh pupuk organik termasuk kompos, pupuk kandang, pupuk hijau, dan pupuk legum.
b. Pengendali Hama Organik
Pada pertanian organik, pengendalian hama biasanya dilakukan dengan menggunakan musuh alami seperti serangga pemangsa atau parasit sehingga tidak diperlukan penggunaan pestisida kimia. Serangga pemangsa dan parasit yang mengendalikan hama disebut agensia pengendalian hayati. Agensia pengendalian hayati adalah organisme hidup yang melawan hama tanaman yang merugikan secara alami.
c. Benih Organik
Penting untuk menggunakan benih organik yang diperoleh dari varietas tanaman organik. Benih organik tidak diperlakukan dengan bahan kimia sintetis, dan biasanya dihasilkan dari varietas yang telah teradaptasi dengan baik terhadap budidaya organik. Benih organik juga lebih stabil dalam hal kualitas dan ketahanan terhadap penyakit.
5. Menyiapkan Sistem Irigasi yang Efisien
Pertanian organik membutuhkan sistem irigasi yang efisien untuk menyediakan kelembaban yang tepat bagi tanaman. Sistem irigasi yang efisien membantu menghindari kekeringan atau kelebihan air yang berpotensi merusak tanaman dan mempengaruhi produktivitas pertanian.
Terdapat beberapa metode irigasi yang biasa digunakan dalam pertanian organik:
a. Irigasi Tetes/Per Tanaman
Irigasi tetes adalah metode irigasi yang melakukan penyiraman air secara perlahan pada setiap tanaman melalui pipa penggantung dengan lubang kecil yang mengeluarkan air secara tetesan. Kelebihan dari metode ini adalah penggunaan air yang efisien dan menghindari pemborosan air. Metode ini juga mengurangi risiko terjadinya penyakit pada tanaman karena daun tidak basah dan tidak ada air yang menetes pada tanah.
b. Irigasi Pada Bedeng atau Palung
Irigasi pada bedeng atau palung adalah metode irigasi yang melakukan penyiraman pada bedeng atau palung yang menampung air di sekitar tanaman. Metode ini berguna untuk mengurangi evaporasi dan memastikan air mencapai akar tanaman dengan sempurna. Selain itu, metode ini memungkinkan penggunaan pupuk cair atau agensia pengendalian hayati yang dicampur dengan air irigasi.
c. Irigasi Curah
Irigasi curah adalah metode irigasi yang melakukan penyiraman air menggunakan selang atau semprotan air secara langsung ke tanaman. Metode ini paling umum digunakan untuk pertanian skala kecil karena mudah dilakukan dan membutuhkan biaya yang lebih rendah dibandingkan metode irigasi lainnya.
6. Mengelola Hama dan Penyakit secara Organik
Salah satu tantangan dalam budidaya pertanian organik adalah mengel